FIFA, badan sepak bola internasional, telah mengalami banyak perubahan dan tantangan kepemimpinan selama bertahun-tahun. Dari masa pemerintahan Sepp Blatter yang kontroversial hingga masa jabatan Gianni Infantino yang lebih baru, FIFA telah terlibat dalam skandal, tuduhan korupsi, dan seruan reformasi.
Sepp Blatter, yang menjabat sebagai presiden FIFA pada tahun 1998 hingga 2015, merupakan sosok yang menjadi polarisasi dalam dunia sepak bola. Di bawah kepemimpinannya, FIFA menghadapi banyak skandal korupsi, termasuk tuduhan suap, pembelian suara, dan perilaku tidak etis. Pada tahun 2015, Blatter dilarang bermain sepak bola selama enam tahun oleh komite etik FIFA karena perannya dalam skandal korupsi yang melibatkan pemberian Piala Dunia 2018 dan 2022 kepada Rusia dan Qatar.
Setelah skandal korupsi, Gianni Infantino terpilih sebagai presiden baru FIFA pada tahun 2016. Infantino, seorang pengacara Swiss-Italia, berjanji untuk membersihkan citra FIFA dan memulihkan kepercayaan terhadap organisasi tersebut. Namun, masa jabatannya bukannya tanpa kontroversi. Pada tahun 2020, Infantino diselidiki oleh otoritas Swiss atas dugaan pelanggaran dan pelanggaran kepercayaan, meskipun ia akhirnya dibebaskan dari segala kesalahan.
Meskipun terjadi pergantian kepemimpinan, FIFA terus menghadapi tantangan dalam memastikan transparansi, akuntabilitas, dan tata kelola yang baik dalam organisasi. Skandal korupsi yang sedang berlangsung telah mencoreng reputasi FIFA dan menimbulkan pertanyaan mengenai integritas olahraga paling populer di dunia tersebut.
Selain skandal korupsi, FIFA juga menghadapi tantangan dalam mempromosikan keberagaman dan inklusi dalam organisasi. Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat seruan untuk lebih banyak keterwakilan perempuan, kelompok minoritas, dan komunitas yang kurang terwakili dalam posisi kepemimpinan FIFA. Meskipun beberapa kemajuan telah dicapai dalam bidang ini, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk memastikan bahwa FIFA menjadi organisasi yang lebih inklusif dan adil.
Ke depan, FIFA harus terus mengatasi tantangan ini dan berupaya membangun kembali kepercayaan dan kredibilitas di dunia sepak bola. Organisasi harus memprioritaskan transparansi, akuntabilitas, dan perilaku etis untuk memulihkan kepercayaan terhadap kepemimpinannya dan memastikan bahwa permainan sepak bola yang indah dimainkan dan dinikmati oleh semua orang, bebas dari korupsi dan skandal. Hanya dengan mengatasi masalah ini secara langsung, FIFA dapat benar-benar memenuhi misinya untuk mempromosikan dan mengembangkan olahraga sepak bola demi kepentingan semua orang.
