Presiden Indonesia Joko Widodo, juga dikenal sebagai Jokowi, telah membuat kemajuan signifikan dalam mengatasi perubahan iklim melalui Agenda Hijau. Mengingat Indonesia merupakan salah satu negara penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia akibat penggundulan hutan dan pembakaran lahan gambut, upaya Jokowi untuk memerangi perubahan iklim sangat penting tidak hanya bagi Indonesia tetapi juga bagi seluruh planet bumi.
Salah satu inisiatif utama dalam Agenda Hijau Jokowi adalah rencana ambisius untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29% pada tahun 2030. Target ini ditetapkan sebagai bagian dari Kontribusi Nasional (NDC) Indonesia berdasarkan Perjanjian Paris. Untuk mencapai tujuan ini, Jokowi telah menerapkan berbagai langkah untuk mengatasi deforestasi dan mendorong praktik penggunaan lahan berkelanjutan.
Salah satu strategi utama yang dilakukan Jokowi adalah penetapan Kebijakan Satu Peta yang bertujuan untuk menciptakan peta penggunaan lahan Indonesia yang terpadu dan akurat. Kebijakan ini membantu mencegah konflik lahan dan penggundulan hutan ilegal dengan memberikan batas dan hak kepemilikan yang jelas. Dengan memastikan bahwa lahan digunakan secara berkelanjutan dan bertanggung jawab, Jokowi berharap dapat mengurangi laju deforestasi dan melindungi hutan berharga di Indonesia.
Selain Kebijakan Satu Peta, Jokowi juga meluncurkan Badan Restorasi Gambut yang bertujuan untuk memulihkan dan melindungi lahan gambut Indonesia. Lahan gambut merupakan penyerap karbon yang penting, namun seringkali dikeringkan dan dibakar untuk pertanian, sehingga melepaskan sejumlah besar gas rumah kaca ke atmosfer. Dengan memulihkan lahan gambut dan mendorong praktik pengelolaan lahan berkelanjutan, Jokowi berharap dapat mengurangi emisi dan memitigasi dampak perubahan iklim.
Selain itu, Jokowi juga telah mempromosikan sumber energi terbarukan sebagai bagian dari Agenda Hijaunya. Indonesia memiliki sumber daya energi terbarukan yang melimpah, seperti tenaga surya, angin, dan panas bumi, yang dapat membantu mengurangi ketergantungan negara pada bahan bakar fosil dan mengurangi emisi gas rumah kaca. Jokowi telah menetapkan target untuk meningkatkan porsi energi terbarukan dalam bauran energi Indonesia menjadi 23% pada tahun 2025, naik dari saat ini sebesar 9%.
Secara keseluruhan, Agenda Hijau yang dicanangkan Jokowi mewakili langkah maju yang signifikan dalam upaya Indonesia mengatasi perubahan iklim dan mendorong pembangunan berkelanjutan. Dengan menerapkan kebijakan untuk mengurangi deforestasi, memulihkan lahan gambut, dan mendorong energi terbarukan, Jokowi menunjukkan komitmennya untuk melestarikan sumber daya alam Indonesia dan memerangi perubahan iklim. Sebagai salah satu penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia, upaya Indonesia untuk mengatasi perubahan iklim sangat penting dalam upaya global melawan perubahan iklim. Agenda Hijau yang dicanangkan oleh Jokowi menjadi contoh bagi negara-negara lain untuk ikut serta dalam upaya mereka melindungi bumi demi generasi mendatang.
